Modernisasi perikanan yang telah berlangsung selama ini tidak dapat dipungkiri dan mengakibatkan banyak perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi nelayan. Tetapi tidak semua lapisan masyarakat nelayan dapat menikmati manfaat dari modernisasi perikanan tersebut, terkait dengan ketersediaan modal ekonomi yang ada. Bahkan setelah kebijakan modernisasi perikanan dilaksanakan, tingkat kesejahteraan hidup nelayan tidak banyak berubah secara substantif. Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu melebarnya kesenjangan sosial ekonomi antar kelompok sosial dalam masyarakat nelayan dan meluasnya kemiskinan yang meliputi masyarakat nelayan. Pada kehidupan nelayan miskin, untuk bisa mempertahankan hidup mereka harus tetap mengolah sumber daya perikanan yang telah mengalami overfishing di wilayah mereka bahkan dengan cara yang masih tradisional sekalipun. Faktor kemiskinan di wilayah pesisir yang terjadi akibat overfishing kemudian bisa mengacaukan mata rantai makanan di sektor kelautan. Penduduk miskin adalah korban kerusakan lingkungan dari overfishing ini. Untuk itu diperlukan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan untuk menjamin pembangunan Sustainable Fishery.
Seiring kemajuan teknologi, industri-industri besar penangkapan ikan telah menggunakan kemajuan teknologi ini dapat memproses tangkapan mereka yang jumlahnya sangat besar. Industri-industri yang sangat efisien ini dapat membantu memasok permintaan akan makanan laut, tetapi di satu sisi banyak yang beranggapan bahwa mereka menguras segala potensi yang ada di laut, mengurangi keanekaragaman hayati laut dan menurunkan jasa ekosistem laut yang penting yang hasil akhirnya kemungkinan akan terjadi gangguan lebih lanjut pada ekosistem laut. Tentunya hal ini akan berdampak pada nasib nelayan-nelayan kecil yang ingin mencari ikan juga, karena mereka bisa kehilangan mata pencaharian yang berujung tidak mempunyai penghasilan.
Di pagi hari yang cerah ini, musim panen ikan yang ditunggu-tunggu nelayan telah tiba. Terlihat di pinggir pantai, para nelayan sudah mulai melakukan aktivitasnya. Seorang nelayan yang bernama Firdaus sedang mempersiapkan segala peralatannya untuk melaut. Satu persatu peralatannya ia pindahkan ke kapal dan kemudian ia dibantu oleh beberapa warga disana untuk mendorong kapalnya dari pantai untuk segera pergi melaut. Namun tidak seperti biasanya, padahal ini sudah memasuki musim panen ikan yang seharusnya ikan-ikan banyak bertebaran di laut. Tetapi setelah hampir 5 jam Firdaus berkeliling dengan kapalnya, ia hanya bisa mendapatkan sedikit ikan saja dan itu pun beratnya jika ditimbang hanya berkisar 10 kilo saja padahal jika musim panen ikan ini tiba ia biasanya mendapatkan berpuluh-puluh kilo ikan dengan berbagai jenis. Sesampainya di pantai, ia pun mulai menghitung-hitung jumlah hasil tangkapannya dan menerka-nerka berapakah penghasilan yang akan ia dapatkan setelah menjual ikan-ikan ini.
Tak berapa lama kemudian, rekannya Firdaus sesama nelayan yang bernama Asep juga telah selesai melaut. Asep juga mengeluhkan hal yang sama seperti yang dialami oleh Firdaus, ia khawatir jika kondisi ini terus berlanjut maka ia tidak akan bisa lagi bekerja sebagai nelayan karena pekerjaan ini lah yang menjadi satu-satunya keahlian Asep begitu pun dengan Firdaus. Ternyata setelah di telusuri lebih lanjut oleh para nelayan ini, ikan-ikan di wilayah mereka bisa habis karena beberapa minggu sebelumnya ada kapal besar yang datang ke wilayah mereka dan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bom laut sehingga ikan yang di dapat bisa lebih banyak. Itulah yang jadi penyebab ikan-ikan di laut di musim panen ini menjadi jarang. Memang seharusnya, disaat-saat seperti inilah para nelayan kecil seperti Firdaus dan Asep akan bisa memanen ikan dengan sangat banyak untuk dijual demi kebutuhan mereka, namun dengan adanya kondisi ini mereka akan sangat kesulitan untuk memperoleh ikan dan bisa mengganggu konsistensi mereka dalam melaut.
Dengan kondisi ini, maka aplikasi nelayan dari Ledgernow mengajak para nelayan seperti Firdaus dan Asep untuk dapat tetap konsisten dalam aktivitas melautnya tanpa harus mengekploitasi sumber daya laut seperti overfishing. Dengan cara ini mereka akan dapat meminimalisir nelayan-nelayan lain yang menggunakan bom untuk menangkap ikan dan bisa menangkap ikan sesuai aturan yang sudah ada, karena dengan konsistensi dalam menangkap ikan, maka keuntungan yang dihasilkan pun akan sebanding dengan kerja keras mereka.
Berkat konsistensi yang dilakukan, para nelayan ini dapat meningkatkan keuntungan mereka dari hasil penjualan tangkapannya. Dengan keuntungan yang meningkat, diperlukan juga adanya pengaturan keuangan dari penghasilan para nelayan ini seperti halnya perencanaan keuangan jangka panjang, pengaturan arus kas hingga mengatur penghasilannya secara rinci. Oleh karena itu, nelayan seperti Firdaus dan Asep bisa dimudahkan dengan aplikasi YONK. Dengan aplikasi ini mereka pun tidak perlu lagi repot-repot untuk mencatat secara manual setiap data keuangannya ketika mereka mendapat penghasilan dari menjual hasil tangkapannya karena dengan menggunakan YONK mereka bisa dengan mudah mengatur serta merencanakan keuangannya secara otomatis. Dengan menggunakan teknologi Blockchain pada aplikasi ini, Firdaus dan Asep juga dapat dengan mudah mengatur secara rinci keuangan yang masuk maupun keluar serta bisa memiliki perencanaan dalam keuangannya. Segala kemudahan pendataan keuangan bisa di dapat disini, sekarang mereka ini tidak perlu lagi menghabiskan waktunya secara percuma untuk mencatat segala urusan keuangannya secara manual dan mereka pun bisa bekerja dengan lebih produktif lagi dalam menghasilkan ikan-ikan untuk dijual. YONK hadir sebagai solusi bagi perusahaan untuk mengatur kendala keuangannya dengan menggunakan teknologi berbasis Blockchain yang datanya tersusun secara rapi dan akurat. Jika anda ingin mengetahui lebih lanjut, silahkan klik www.yonk.io untuk info selengkapnya.